Minggu, 02 Juli 2006

Renungan Untuk Adik Tercinta

Mereka duduk berdua di dalam kamar, ikhwan dan akhwat itu sedang berbincang dari hati ke hati, sebagai seorang kakak dengan adiknya juga sebagai sesama aktivis dakwah. Hmm….ternyata mereka tengah bicara mengenai pernikahan, mungkin karena usia mereka hanya terpaut satu tahun dan keduanya juga sudah memasuki usia yang cukup dikatakan layak untuk menikah, jadi pembicaraannya terlihat sangat akrab (namanya juga kakak-adik J). “Kak…kalo’ bise nanti cari suami jangan yang kurus ye? Adek kan badannya besar nanti susah kalo’ jalan same suami kakak trus kalo’ bise yang bla…bla….” si ikhwan mengemukakan harapannya. Kakaknya menanggapi dengan menulis di buku catatannya sambil protes “masa’ kriterianye masalah fisik sih dek”, di dalam hati si akhwat ia berguman “iya kakak catat, tapi Cuma dicatat jak…”. Si adek lalu melontarkan sebuah pertanyaan “kak, kalo’ adek nikah sama akhwat yang ndak ngaji gimana?”. Si kakak lalu menjawab dengan bijak “yaa ndak pape-lah, kalo’ namenye jodoh mau diapekan lagi” ia kemudian menghela nafas “asal adek nanti siap jak nyucikan bajunye, sementara istri adek pergi kemane-mane, mending perginya untuk dakwah, ini perginye ke mall atau jalan-jalan. Trus adek siap ndak liat istri adek pake baju you can see, dandan trus laki-laki lain lihat istri adek kaya’ gitu” paparnya. “Lalu adek siap ndak, di tengah amanah adek sebagai suami dan da’I, istri adek menuntut waktu dan perhatian lebih bahkan seringkali meminta tambahan uang lebih untuk beli baju ataupun perhiasan?! Sedangkan umat juga butuh waktu, fikiran, tenaga dan dana yang bukan tenaga sisa, waktu sisa, tenaga sisa, dan dana sisa..?!. Sementara adek di luar rumah harus mengeluarkan energi besar untuk keluarga dan dakwah, ketika kembali ke rumah adek tidak menemukan sesuatu yang dapat mengembalikan energi, terutama energi spiritual adek. Se”jelek-jelek”nya akhwat dek, kalo’ dalam perjalanan rumah tangga kalian ada masalah, setidaknya kita bisa minta bantu murabbiyahnya, kita bisa membicarakannya dengan bahasa keimanan. Bedakan antara cinta nafsu dan cinta untuk menghantarkan kita pada ridho Allah. Kalo’ adek bisa menjamin menikah dengan yang pemahamannya terhadap dakwah tidak sekufu sama adek bisa menghantarkan adek kepada Jannahnya Allah, tafadhol…..” panjang lebar si kakak mencoba memahamkan adiknya. Yang di ajak bicara hanya diam saja, memikirkan perkataan kakaknya tercinta. Malam sudah mulai larut, mereka mengakhiri pembicaraan. Si ikhwan pun berlalu meninggalkan kamar sang kakak sambil merenungi perkataan kakaknya.

seperti yang dituturkan seorang sahabat kepada laut_biroe@30606_11.30am

Jazakillah ya say, kita sama-sama saling mendo’akan supaya adik-adik kita jadi salah satu dari sekian banyak ikhwan tangguh, moga adik-adik yang kita cintai itu bisa menjadi seperti apa yang Allah dan Rasul-Nya harapkan dan moga kita kelak dipertemukan oleh Allah di Jannah-Nya bersama orang-orang yang kita cintai,amiin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar