Selasa, 07 November 2006

Hanya Ingin

Aku hanya seorang wanita sederhana

dengan mimpi-mimpi yang sederhana pula....

Aku tak ingin menjadi wanita cerdas,

jika dengan kecerdasan membuatku pintar mencari alasan

untuk tidak tunduk pada aturanNya

Aku tak ingin menjadi wanita hebat

jika dengan kehebatan yang kumiliki menjadikanku sombong

dan mudah meremehkan orang lain

Aku tak ingin menjadi wanita dengan sejuta pesona

jika dengannya menjadikanku lupa akan nikmat yang Dia titipkan

Aku hanya seorang wanita sederhana

dengan mimpi-mimpi yang sederhana pula.....

Aku hanya ingin menjadi anak terbaik bagi orangtuaku,

menjadi kebanggaan mereka dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kumiliki...

Aku hanya ingin menjadi kakak terbaik bagi adik-adikku,

dengan segenap cinta dan perhatian yang kupunya....

Aku hanya ingin menjadi sahabat terbaik bagi teman-temanku dengan ikatan hati yang dijalin oleh taqwa dan kesabaran....

Aku hanya ingin menjadi mad’u terbaik bagi seluruh murabbi dan murabbiyah yang kutemui sepanjang hidupku, dengan segenap kesungguhan dan motivasi yang kubangun...

Aku hanya ingin menjadi murabbiyah terbaik bagi seluruh mad’u-mad’u ku, dengan seluruh ilmu dan cinta yang ada...

Aku hanya ingin menjadi jundiyah terbaik bagi qiyadah-qiyadahku,

dengan seluruh potensi dan keta’atan yang kulatih....

Aku hanya ingin menjadi qiyadah terbaik bagi jundi dan jundiyahku,

dengan segala potensi dan keterbatasan yang kumiliki.....

Aku hanya ingin menjadi da’i terbaik dengan seluruh kemampuan, potensi, fasilitas dan kemudahan yang Allah titipkan....

Aku hanya ingin menjadi istri terbaik bagi suamiku kelak,

menjadi sebaik-baik perhiasan dunia baginya,

dengan segenap keta’atan, cinta dan pengabdian yang merupakan bagian dari keimana padaNya.....

Aku hanya ingin menjadi ibu terbaik bagi anak-anakku kelak,

dengan seluruh cinta, ilmu dan pengharapan akan proses pewarisan dakwah....

Aku hanya ingin menjadi menjadi sebaik-baik manusia,

dengan segenap potensi dan nikmat yang telah Allah karuniakan....

Aku hanya ingin menjadi sebaik-baik hamba bagi Sang Pemilik Kehidupan,

agar dapat menjadi kebanggaannya di Yaumil Akhir kelak,

dengan seluruh kelebihan dan kekurangan yang ada padaku.....

Sehingga Dia memandangku dan tersenyum dengan penuh keridha’an.....

Dan aku.....hanya seorang wanita sederhana yang berpacu dengan waktu,

berkejaran untuk mewujudkan mimpi-mimpi sederhana milikku...........

Selengkapnya...

Izinkan aku mengucapkan sebuah kata; “Maaf”

Tak ada Iedul Fitri bagi hati-hati yang tak suci....

I miz u,

berharap segera kutemukan ikhlas ’kehilangan’mu....

Aku masih mencari.... Mencari....

Yang kudapat hanya bayangmu melambai pergi.....

Maaf Lahir Batin....

Pesan singkat yang kuterima dari seorang sahabat membuatku terhenyak, ternyata sahabatku itu sungguh merasa kehilangan. Padahal aku sempat ”protes” dengan reaksinya atas kepergianku yang tanpa pamit dan pemberitahuan sebelumnya karena memang semuanya benar-benar mendadak. Aksi ”diam”nya baik melalui sms maupun ketika aku menelfonnya jujur saja membuatku kesal apalagi pada waktu yang sama aku butuh advice dari sahabat-sahabatku. Dan masih banyak lagi aksi diam dari sahabat-sahabat yang lain. Memang aku salah karena pergi begitu saja tanpa pamit bahkan tanpa pemberitahuan sebelumnya, tapi apa sebegitu sulitnya untuk memaafkanku?! Toh aku pun merasakan kehilangan yang sama.

Ternyata aku terlalu egois, menuntut sahabat-sahabat tercinta untuk memahami keputusan besar yang kubuat tanpa memahami bagaimana perasaan mereka.

Dan sungguh....aku tak menyangka jika rasa sedih akan kehilangan begitu besar.

Jika saja aku tau MUSDA kemarin adalah moment terakhir kebersamaan kita, tentu aku akan ngotot untuk meminta foto bersama seluruh pengurus meski itu juga tak cukup mewakili apa yang telah kita bina selama ini dengan jalinan taqwa. Tapi waktu tak pernah bisa diputar kembali dan sekarang semua harus dilalui, meskipun terasa berat. Untuk sahabat-sahabat terkasih serta qiyadah-qiyadah yang merasa dikhianati, izinkan sahabat dan jundiyah kalian mengucapkan sebuah kata maaf atas kepergian yang tanpa pamit, maaf atas hati yang tertoreh luka akan kehilangan, maaf atas rasa dikhinati, maaf atas rasa tidak dihargai, maaf atas ketersinggungan akan keputusan yang kubuat, maaf atas amanah yang tidak tuntas dan maaf atas khilaf dan kesalahan yang ada selama ini... Ketahuilah saudaraku, bahwa aku mencintai..sungguh mencintai kalian karena Allah.... May we meet on Jannah.....

---sahabat, sungguh bukan maksudku utk menyinggung ataupun tdk menghargai kalian sbg sahabat. Akan ada saat utk menceritakannya---

lautbiroe@rindu orang-orang tercinta; Jkt, 25.10.2006

Selengkapnya...

Tiga Pekan

Banyak hal yang kulewati dalam tiga pekan ini,

banyak orang yang kutemui dalam tiga pekan ini,

banyak hal yang terasa kurang bahkan menghilang dalam tiga pekan ini.....

Melewati tahap demi tahap test yang panjang dan melelahkan,

salah menaiki kendaraan umum bahkan nyasar di tempat yang asing,

bertemu dengan teman-teman baru yang menyenangkan,

dan merasa kehilangan canda dan kehangatan keluarga serta sahabat-sahabat terkasih...

Tapi rasa yang paling mendominasi akhir-akhir ini adalah sedih dan kehilangan.....

meninggalkan orang-orang yang dicintai tanpa pamit dan ucapan serta pelukan perpisahan bahkan untuk berkata aku akan pergi untuk mewujudkan mimpi-mimpiku...

meninggalkan amanah yang belum tuntas terselesaikan....

Melewatkan buka puasa dan waktu-waktu bersama keluarga serta sahabat-sahabat tercinta yang kutemui di Jalan Allah.....

Bukanlah hal yang mudah melewati semua ini,

karena keluarga serta sahabat-sahabat yang kutemui di Jalan dakwah ini adalah hal yang sangat berharga bagiku......

keluarga adalah tempat di mana aku mendapatkan cinta, perhatian dan pendidikan,

sedangkan sahabat yang kujumpai di Jalan dakwah adalah karunia terindah yang Allah berikan setelah iman kepadaNya.....

Mereka semua telah menjadi bagian terindah dalam hidupku......

tak ada kata yang cukup untuk mengekspresikan rasa kehilangan selama tiga pekan ini.....

Tiga pekan yang cukup berat tapi baru terasa saat mereka tidak berada di sekelilingku di hari nan fitri......

lautbiroe@rindu JannahNya.come; Jkt, 25102006

Selengkapnya...

Sabtu, 23 September 2006

Cerita Sang Mentari

Siapa yang pernah mengira
Mentari tak pernah lelah
Padahal jika kau tau,
Setiap senja tiba ia menghadap Tuannya
Dan bercerita tentang tugasnya yang berat dan melelahkan,
Lalu ia bertanya “apakah esok pagi ia harus muncul kembali?” –puisi k’fath--

Matahari pernah menjadi saksi atas segala zaman,
Ia pernah menjadi saksi atas gemilangnya kejayaan Islam
Pun kini ia tetap harus menjadi saksi atas zaman yang kian jalang
Tapi ia tak pernah mengeluh, hanya Tuannya tempat mengadu sgala gundah dan sedih
Hanya Tuannya tempat memperoleh kekuatan atas tugas berat yg harus ia lakukan….
Dan Mentari kan bersinar dengan ceria, memberi kehangatan….
Meski ada kalanya ia tertutup awan kelabu namun berkas sinarnya tetap tampak

Wahai para arsitek perubahan, wahai para penyeru….
Tidakkah ketegaran sang mentari membuat kita kembali merenung…..?!
Seringkali kita mengeluh dengan kondisi ada,
padahal telah banyak fasilitas dan kemudahan yang telah Allah sediakan….
Sungguh tak dapat dibandingkan dengan beratnya perjuangan Rasulullah dan para sahabat

Dan jadilah seperti mentari…..
Meski lelah ia selalu hangat bersinar,
ia tak pernah merajuk untuk berhenti dari tugas mulianya
Selama itu masih menjadi ketentuanNya
Sampai saat di mana sang mentari muncul tidak dari ufuk tempat biasa ia beranjak….

--terinspirasi ketika menyimak “Dakwah Mencari Da’I” by : k’Fath @DDF, 170906-- Selengkapnya...

Sabtu, 16 September 2006

TulusKaH?!

Ketulusan adalah buah dari mencintai karena-Nya dan HANYA karena-Nya,
Tanpa embel-embel apapun dalam kebaikan yang dihulurkan….
Ketulusan mengajarkan memberi tanpa mengharap kembali,
menanam tanpa mengharap dapat menikmati manis buahnya,
memelihara tanpa menunggu harum mekar bunganya…
Ketulusan adalah cerminan kebersihan jiwa,
dan sungguh….
Ketulusan itu bagitu sulit untuk diamalkan….

--ketika ketulusan itu diuji— Selengkapnya...

Jumat, 15 September 2006

Ungkapan Mereka di 24_ku

Hmmmm...24 tahun euy, makin tua, makin berkurang jatah usia. Tapi masih banyak hal yg belum dilakukan. Terimakasih utk orang tua, sahabat, kerabat, teman dan orang orang yang pernah, tetap maupun selalu menjadi bagian terindah dlm perjalanan hidupku. Semoga Allah pertemukan kita di Jannah-Nya kelak bersama Rasulullah...
Terimakasih juga atas cinta dan do' a yang diberikan di hari ini ---bukan berarti yg ga ngucapin ga sayang, mungkin ga ada pulsa mo sms or nelfon, ga ketemu, atau mungkin ada alasan lain tapi saya yakin mereka ttp menghadiahkan do'a terindah---

Tante
Selamatt Milad
(00.05)
--baru satu sms dan ternyata bukan dari Mas Hono, biasanya sepupuku yg satu itu selalu jadi yg pertama. any way,makasih Tante, ibu sahabatku ini emang buaaeeek buaangeet--

Khalid bin Walid
Barakallah untuk usia yg masih Allah beri sampai saat ini. Smoga mjd muslimah yang selalu bersyukur atas nikmatNya, selalu sabar atas ujian keimanan dari-Nya dan semoga cpt menemukan "seorang pangeran" yg selalu menemani hingga akhir nanti, sampai ke Syurga. Amiin ya Rabb....
Mengapa dakwah itu pahit, krn jannah Allah itu manis...
(05.05)
-- Subhanallah...menyentuh banget do'anya, apalagi do'a supaya sabar itu... Jazakallah--

eLHaeR
As.D,Afwan no special gift i could give for you. Moga tambah sholehah..may we meet in JannahNya,AMIN. Plz, pray for each other....
(05.07)
--honey...special pray it's enough for me, moga qt termasuk yg istiqomah, Lv u--

Yeti
Cahaya fajar mulai menjelang di hari pertama yang menandakan pergantian usia. Maka, harap padaNya mjd keniscayaan. Met milad ukhti, moga mampu memaknai hidup dengan kacamata kedewasaan dan keimanan yang menemani langkah untuk menujuNya
(05.14)
--jazakillah, ukhti....--

My Mom
Ass.Maaf Des, ibu tadi lupa banget. Selamat telah memasuki 24 tahun usia kelahiranmu. Semoga Allah melimpahkan rahmad dan barokah. Mudah-mudahan cita-citamu tercapai
(06.56)
--pantesan...tidak ada ciuman ba'da sholat shubuh, ga juga saat berangkat, ternyata lupa toh...--

Mbak Muna
Met kurang umur, moga tambah dewasa, lancar rezeki, deket jodoh dan selalu dlm lindungan Allah
(09.52)
--makasih mbak chayank....moga kebaikan juga disampaikan Allah utk yg mendo'akan--

xl-Ulliy
Asw.mbak...klo boleh nebak, kaya'nya mabak sedang senyum-senyum kerana banyak traktiran, hehe... Afwan ana krm "sesuatunya" di testi ya mbak, ketika menuangkan isi hati rasanya terlalu singkat hanya dengan 160 karakter :D deuuh...xixixi....
(12.44)
--waah..ngirim apa ya nih adek?! jadi penasaran..--

Andrez_mas
Met milad yah d, maaf telat ngucapin =) semoga makin jadi akhwat sholehah dan segera dapat mengabdi sebagai istri yang menjadi perhiasan suaminya, amin =)
(22.24)
--hehe...kasian nih mas, masih mengulang do'a ta'on lalu, mudah2an ta'on depan do'anya ada kemajuan ya...xixi....--

Adekku kmrn sore udah ngasi kado, sebelum berangkat tadi pagi ngasi selamat trus siangnya beliin jilbab itjho. tq ya dedek.....

Babe ngasi selamat ba'da sholat maghrib berjama'ah disusul ibu yg belum cium aku, dan adek yg ikut2an cium2 --mujahidku cinta yg nun jauh di Bogor inget ga ya mbak-nya milad, lupa minta do'ain--

Ya Waduud, makasih ya atas orang-orang yang mencintai dan memperhatikanku, berilah balasan terbaik atas cinta dan perhatian mereka..... may we meet in Jannah,amiin.....
Rabb...kabulkan pintaku di sepertiga malam yang tadi ya............ Berilah penetapan terbaik untukku.....

@hari berkurangnya usia; 140906

Selengkapnya...

Sabtu, 26 Agustus 2006

Gapura dan Realitas Masyarakat

Seperti tahun kemaren, peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia memberi nuansa “pesta rakyat” yang meriah. Begitu juga dengan di Pontianak, ada sebuah lomba yang dilakukan dalam rangka 17’an ini; lomba gapura hias. Gapura yang dinilai paling bagus akan keluar sebagai pemenang. Berbagai model dan kreasi gapura dibuat, dari yang sederhana sampai yang terkesan “wah” dan tentu saja gapura yang dibuat menjadi simbol kondisi masyarakat yang tinggal di lingkungan itu. Entah berapa dana yang dikeluargan warga untuk urunan (baca: sumbangan) mendirikan gapura tersebut –miris klo dibandingkan dengan perolehan hasil sumbangan untuk agenda-agenda dakwah atau hari besar Islam—dan tentu saja kondisi ini sangat bertolak belakang dengan kondisi riil di masyarakat. Bagaimana mungkin kita bisa saingan bikin gapura secantik mungkin tapi jauh di pemukiman Telaga Biru banyak anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena tidak mempunyai biaya, jauh di daerah Kuala Dua dan daerah lainnya para wanita kepala keluarga (baca: janda) bersusah payah mempertahankan kelangsungan hidup diri mereka dan anak-anaknya. Lalu di mana letak pemerataan pembangunan, di mana letak keadilan…?! Kini saatnya melayani negeri..!!! –tema 17’an DPC -- Selengkapnya...

Ikhwan Dambaan

Bonds of Love-nya Raihan mengalun dari HP, menandakan ada pesan yang masuk. Kubaca sms yang baru kuterima, hhmmm….sebuah pertanyaan dari seorang teman yang membuat dahiku berkerut. “Ukhti, ikhwan dambaan akhwat itu seperti apa sih?” kira-kira begitulah pertanyaannya. Dan tentu saja jawabannya relative, tergantung siapa yang ditanya. Dan kalo’ bisa sih tentu saja semua orang akan berharap yang terbaik; agamanya, facenya, keturunannya dan hartanya. Saya rasa semua orang ga bakal nolak kalo’ Allah ngasi yang kaya’ gitu, hehehe…8x.

Kembali lagi kepada pertanyaan yang dilontarkan teman saya itu; seperti apa sih ikhwan dambaan akhwat? Dan sekali lagi saya katakana bahwa jawabannya relative, tergantung siapa yang ditanya. Kriteria ideal saya dan sahabat dekat saya aja berbeda, jadi ga bisa disamakan. Jawabannya akan sangat bergantung pada karakter dan kebutuhan si akhwat dan yang menjadi kata kunci adalah bagaimana ia memandang hidup dan pernikahan yang menjadi bagian dari hidupnya itu.

Namun, terlepas dari seperti apa kriteria pasangan dambaan kita bahwa setiap orang telah menetapkan orang yang tepat untuk kita dan ia akan datang pada saat yang tepat yang telah Allah tetapkan pula, terlepas apakah orang yang telah Allah tetapkan itu adalah kriteria dambaan kita atau tidak. Kadang kita harus bisa berdamai dengan taqdir yang sering kali tidak sesuai dengan yang kita harapkan, tapi yakinlah bahwa Allah selalu memberi yang terbaik bagi setiap mu’min.

Dan jika sekali lagi saya ditanya tentang bagaimana ikhwan dambaan akhwat, saya akan katakan bahwa siapapun yang Allah tetapkan bagi wanita-wanita shalihah itu, insyaAllah mereka termasuk orang-orang yang selalu mensyukuri apa yang telah Sang Pemilik Jiwa tetapkan untuknya. Jangan tanya lagi seperti apa ikhwan dambaan mereka karena jauh di lubuk hatinya, wanita itu telah menyediakan ruang kosong di hatinya untuk seseorang –entah siapa dan di mana—untuk dicintai pada saat dan waktu yang telah dihalalkan. Dan percayalah bahwa para akhwat itu telah memulai pembelajaran untuk menghormati, menghargai dan menerima seseorang yang telah Allah tetapkan untuknya –entah siapa dan di mana—sejak ia mengerti perintah untuk menjaga diri dan kehormatannya. Wallahu'alam wastaghfirullah.....

---utk seorang teman yg bertanya, afwan ...bukan ga mau jawab tapi kaya'nya pertanyaan senada ga perlu ditanyain deh...----

Selengkapnya...

Pengamen Yang Bersemangat

Sontak aku menurunkan buku yang tengah kubaca, suara lantang seorang wanita yang mengamen tepat di depan toko membuyarkan konsentrasi. Detik selanjutnya, wanita itu kemudian menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar pasar. Entah karena suaranya yang lantang dan bersemangat atau karena lirik lagu yang dinyanyikannya. Dari irama yang didendangkan dan dari kecrek-an yang ditepuk-tepuknya, aku yakin wanita itu tengah menyanyikan lagu dangdut. Jujur saja, aku sangat tertarik pada bait-bait lagu yang dinyanyikannya; bercerita tentang jalangnya zaman dan kemaksiatan yang meraja. Heey….kurasa muatan lagunya bagus juga, mengajak para pendosa dan pelaku maksiat untuk bertobat sebelum Allah murka dan memasukkan mereka ke neraka.

Sepeninggal pengamen itu aku berfikir, kalo’ bisa merekrut pemuda-pemuda yang berprofesi sebagai pemusik jalanan pasti seru. Mereka bisa berdakwah lewat lagu yang mereka nyanyikan atau seru juga tuh klo ada ikhwan yang punya nyali ngamen di bis-bis untuk kampanye-misalnya.

Subhanallah….meski pengamen tadi dikatakan tidak begitu sempurna akalnya –kurang waras—tapi bisa menyampaikan kritik sosial, lalu di mana nurani pejabat-pejabat kita ketika melihat kemaksiatan itu di depan mata..?! Dan semoga kita –yang katanya lebih waras— selalu punya nyali untuk mengatakan bahwa yang haq itu adalah haq sedangkan yang batil itu adalah batil.

Selengkapnya...

Ternyata Begini Rasanya Bekerja

Dari Al-Miqdam Ibn Ma’di Karib, dari Nabi SAW., beliau bersabda :

“Tidak ada sama sekali orang yang memakan makanan lebih baik daripada memakan dari hasil usahanya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah Dauh AS. adalah memakan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Bukhari)

Genap sepekan aku membantu seorang teman ibu yang meminta tolong mengelola toko obatnya. Jangan ditanya bagaimana aku bisa bekerja di sana, tapi tanyalah bagaimana perasaanku. Awalnya ragu menerima tawaran itu, ga nyambung banget dengan ilmu yang kutekuni di kampus merah. Dengan jam kerja yang hanya setengah hari, tugasku hanya membantu menjaga toko obatnya itu, mengawasi pegawainya dan memanajemen keluar-masuknya barang. Karena memang sebagian besar waktu pagiku senggang maka kuputuskan menerima tawaran itu –belajar mandiri githuu…--, hitung-hitung belajar bisnis –katanya pengen punya cafĂ©—Di waktu yang hampir bersamaan, lamaran untuk mengajar di salah satu lembaga pendidikan pun mendapat tanggapan positif. Sekarang aku memiliki kesibukan baru; pagi jaga toko dan sore mengajar. Belum lagi ditambah dengan amanah di beberapa lembaga dakwah, subhanallah….rasanya ga ada waktu luang untuk sekedar meluruskan punggung.

Sebenarnya ingin mengundurkan diri saja dari lembaga pendidikan itu karena toh honorarium yang kuperoleh ga begitu besar, tapi karena letaknya di wilayah DPC jadi sayang banget kalo’ dilepaskan –sarana rekrutmen yang strategis githuu..—

Tapi ada satu hal yang membuatku sedih, seringkali jadwal kerja membuatku melewatkan acara-acara jamai’i. Sekarang aku tau gimana rasanya ga bisa ikut agenda jama’i ataupun bisa ikut tapi ga maksimal. Dulu waktu masih kuliah sering kali berfikir kalo’ temen-temen liqo’ yang udah kerja ga mau sedikit berkorban supaya waktu ketemu bisa match atau berkorban untuk bisa menghadiri agenda-agenda jama’i. Dan sekarang, aku yang merasakannya…. Harusnya mereka-mereka dikasihani, karena bukan mereka ga ingin hadir tapi memang dilematis ketika memang kondisinya ga memungkinkan untuk izin. Alhamdulillah Ibu pemilik toko yang kukelola orangnya hanif jadi tetap bisa sholat dhuha’, sholat tepat waktu bahkan bisa izin ketika adik-adik memintaku mengisi acara diskusi di kampus. Semoga ke depannya tetap Allah mudahkan,amiin…..

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)

---koq rasanya ga teratur sih menuangkan idenya?! Pinter2 yg baca deh menangkap apa yg mau disampaikan----

Selengkapnya...

Kue Bulan dan Keberkahan

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah

(QS.Al Baqarah : 172)

Kumasukkan potongan terakhir kue bulan ke mulutku dan kembali mengunyah potongan terakhir yang terasa begitu nikmat. Kue bulan yang kubeli dari bapak berjenggot di pasar Parit Baru ini memang berbeda dengan yang dijual oleh pedagang kue bulan lainnya. Selain rasanya yang memang lebih enak dan gurih, isinya juga bervariasi, tidak hanya isi kacang dan selai srikaya saja tapi juga ada rasa coklat dan keju. Tapi bukan kelezatan kue bulan yang ingin saya bicarakan, tapi tentang keberkahan kue bulan yang dijual bapak berjenggot itu.

Suatu sore ketika pulang dari arisan di kantor bapak, ibu singgah untuk membeli kue bulan tapi ternyata ibu ga menemukan si penjual. Pedagang kue bulan yang di sebelahnya bilang kalo’ yang jualan lagi sholat maghrib. Tidak ada yang menggantikannya menjaga dagangannya, mungkin juga dia menitipkan dagangannya pada sesama penjual kue di sebelahnya. Dan sejak saat itulah kami menjadi langganan bapak berjenggot itu. Subhanallah….kepasrahannya pada Allah untuk memenuhi Panggilan Sang Pemberi Rezeki, beliau meninggalkan dagangannya begitu saja. Tanpa ada rasa takut pembelinya berkurang atau khawatir dagangannya di ambil / dicurangi orang. Mungkin keberkahan itu Allah berikan pada si bapak berjenggot dengan rasa nikmat yang berbeda pada kue bulan buatannya. Rasanya aku juga menemukan jawaban dari pertanyaan kenapa aku lebih suka masakan ibuku daripada masakan yang dibeli di rumah makan; karena ibuku memasaknya dengan cinta dan do’a, beliau ga mengharapkan apapun kecuali agar masakannya akan memberi kekuatan untuk suami dan anak-anaknya dalam melakukan amal kebaikan.

Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mu’minuun : 51)

Selengkapnya...

Untuk Suami Sahabatku

Kuserahkan sahabatku padamu,

ia adalah orang yang berarti dalam kehidupanku

kini ia adalah sahabat yang akan menemani hari-hari penuh perjuangan milikmu

perlakukanlah ia dengan baik sebagaimana aku bersikap baik padanya

jagalah perasaannya sebagaimana aku selalu berusaha menjaga perasaannya

ajarilah ia dengan hikmah, sebagaimana kami saling nasehat menasehati dalam kebaikan dan kesabaran….

Syurga atau neraka untuknya ada padamu,

maka ajarilah ia untuk dapat menjadi layak dihadapanNya –seperti yang ia harapkan dalam visi hidupnya—

Temanilah ia dalam perjalanan mengetuk pintu SyurgaNya….

Kini ia adalah sahabatmu…..

Welcome to her life…..

Barakallahu laka wa baroka ‘alainaka wa jama’a bainakuma fii khairiin….

Selengkapnya...

Kado Istimewa Untuk Seseorang yang Istimewa

Pernikahan sahabatku tinggal beberapa hari lagi, bingung mau kasi kado apa. Kasi buku, ehm….kamarnya aja isinya buku semua, lebih mirip perpustakaan mini dibandingkan kamar. Khawatir juga sahabatku itu udah punya buku yang nantinya kuberikan padanya. Kado lain? Apa ya….?! Rasanya tidak ada sesuatu yang lebih disukainya ketimbang buku. Akhirnya aku memutuskan memberinya sebuah buku, meski belum menemukan pilihan buku yang tepat sebagai hadiah yang mengesankan. Tapi buku apa yang belum dimilikinya? Buku-buku seri pernikahan atau pendidikan anak, hampir semua dimilikinya. Bingung….. Tapi rasanya memberi buku ga ada spesialnya, aku ingin memberi sesuatu yang istimewa di hari istimewa untuk salah seorang yang istimewa dalam kehidupanku. Dan kemudian Allah mengilhamkan sebuah ide; meminta Sakti Wibowo –salah satu penulis yang kami (sahabatku dan aku) kagumi karya-karyanya—untuk membuatkan puisi untuk sahabatku itu. Karena pemakaian pulsaku bulan ini terasa besar, maka kuputuskan untuk meminta kesediaan Mas Sakti via sms, dan…..tidak ada balasan. Kuputuskan untuk menelfonnya besok pagi, “karena operatornya sama jadi bisa telfon murah besok pagi-pagi” pikirku. Esok paginya sampai batas waktu “telfon murah” habis, HaPe-nya Mas Sakti masih belum aktif juga. Sempat ragu menghubungi beliau via telfon, “tagihan bulan ini bisa bengkak” batinku. Tapi aku segera menepis keraguan itu, aku mencintai sahabatku karenaNya dan membuatnya bahagia tentu merupakan sebuah kebaikan. InsyaAllah diganti Allah deh untuk bisa bayar tagihan… –dan ternyata Allah bayar cash, sore harinya aku mendapat panggilan dari PRIMAGAMA untuk mengajar di lembaga pendidikan itu, Allahu Akbar…-- kucari nomer HP Mas Sakti di deretan phonebook HP ku; SW, yup ini dia. Sambutan hangat dari penerima telfon membuat debaran jantungku mereda –ternyata SW ramah buangeet!—kekhawatiran bahwa beliau menolak permintaanku ternyata tidak terbukti. Alhamdulillah….Mas Sakti bersedia membuatkan sebuah puisi untuk kado pernikahan sahabatku. Singkat cerita, karena satu dan lain hal akhirnya Mas Sakti mengirimkan dua buah cerpen sebagai kado pernikahan dan cerpen itu menjadi kado tambahan sebuah buku berjudul “Kado Pengantin”. Semoga itu menjadi kado istimewa untuk anti dan (calon) suami anti. Barakallahu laka wa baroka ‘alainaka wa jama’a bainakuma fii khairiin…. Selengkapnya...

Selasa, 01 Agustus 2006

Kali Ini Bingung Memberi Judul….

Siang tadi aku memeluknya erat, sangat erat dan rasanya tak ingin melepaskan pelukanku. Sambil terisak aku berbisik padanya “seperti yang desi bilang kemaren, kehidupan sesungguhnya telah dimulai kak….”, tak kuasa menahan bulir bening yang berlomba keluar dari pelupuk mata yang terasa sendu. “Janganlah melepas kakak dengan tangis, lepaslah dengan senyum” jawabnya setengah bercanda. Kulepaskan pelukanku darinya sembari pura-pura merajuk.

Belum sampai satu pekan sejak kami membicarakan persiapan pernikahan rekan sesama pengurus KAMDA, saat itu ia berkata “tak terase, kita’ dah pade besa’ dah….” (baca: ga terasa, sekarang kalian udah pada dewasa”. Kami lalu mengingat masa-masa perjuangan di dakwah kampus, suka dan duka yang kami alami bersama.

Ya….waktu memang berlalu begitu cepat, kami bukan lagi adik kecil yang harus diperhatikan oleh kakak2 atau abang2 senior, bukan pula anak yang bisa bersembunyi di ketiak ibunya ketika melakukan kesalahan. Kami; aku dan teman-teman se-angkatan kini sudah mencapai fase dewasa di mana kami harus bisa bertanggung jawab sendiri. Kini, satu per satu memulai kehidupan yang sebenarnya.

Bulan kemarin Agus; Ketua Departemen Kebijakan Publik yang ditugaskan ke luar kota dan Dedee; bendahara KAMMI Daerah Kal-Bar juga diterima di Kejaksaan meski belum menerima SK penempatan tapi sepertinya juga akan meninggalkan Pontianak. Masih di bulan yang sama Dian, sahabatku sejak SMU yang kemudian jadi salah satu staff kaderisasi menikah. Bulan ini giliran Kak Yeyen; sekretaris KAMMI Daerah KalBar, meski ga se-angkatan tapi karena amanah dakwah kami jadi akrab, beliau ketrima program beasiswa S-2 di UI. Dan awal bulan depan, sahabat dekatku, salah seorang staff kaderisasi juga akan menikah, kemungkinan akan ke luar Pontianak juga. Sebentar lagi mungkin akan menyusul sahabat-sahabat lain yang pergi; mungkin Mushar, Ketua Departemen Kaderisasi yang pulang kampong ke Depok atau Huda, Ketua KAMMI Daerah KalBar yang pulang ke kembali ke tempat asal di Jakarta. Waaah…..siapa dunk yang tersisa…?!?! Jadi tambah sedih deh….

Rasanya tak ingin menyudahi munajatku selepas sholat maghrib, terbayang wajah saudara-saudara seiman. Do’a tulus untuk mereka mengalun dari lisan ini. Meski akan ada yang terasa hilang nantinya, tapi ini adalah sunatullah yang harus dilalui. Tidak setiap pertemuan mencerminkan kedekatan hati dan tidak setiap perpisahan berarti menjauhkan hati. Ukhuwah adalah saling mencintai dan mengasihi dalam ikatan tali agama Allah. Bertemu dan berpisah karena Allah…… Ana ubibbukum fillah…. Ku tutup do’a yang kupanjatkan dengan sebuah pinta :“Ya Waduud, sampaikan salamku pada saudara-saudara yang kucintai karenaMu. Sampaikan pada mereka dengan caraMu yang paling indah, bahwa aku mencintai mereka karenaMu. Ya Allah…berilah kami keistiqomahan menapaki jalan dakwahMu, di jalan inilah kami dipersaudarakan dan di jalan ini pulalah kami berazam tuk menggapai Jannah-Mu. Rabb…pertemukanlah kami kelak di Jannah-Mu bersama Rasulullah, para sahabat dan orang-orang mu’min sebelum kami. Amiin…..”

kamar biroekoe, 310706 --catatan untuk para sahabat, untuk seorang kakak; selamat jalan saudariku, selamat berjuang membangun mimpi-mimpi menegakkan kegemilangan panji-panji Islam. Ana uhibbuki fillah kak…….--

Selengkapnya...

Special Guest

Hey..hey…ini dah masuk bulan Rajab berarti bulan depan Sya’ban trus…… jreng….. Ramadhan is coming!!!!! Ehm….mulai sekarang dah harus disiapin negh, Ramadhan kali ini persiapannya harus maximal, mulai dari pra, pas dan pasca-nya. Ihiiks...evaluasi yang kemaren-kemaren, blum bisa khatam sampe tiga kali. Trus….ga bisa I’tikaf di 10 hari terakhir, huaaa…..sedihnya…!!! So, tahun ini ga boleh terulang! Setidaknya tidak gagal untuk merencanakan, wong tahun kemaren jalan-in target tanpa persiapan matang coz nyadar Ramadhan tinggal bentar lagi. Yah..wajar aja hasilnya mengecewakan, klo orang Melayu bilang “geram tak belawan”, kesel tapi ga bisa ngapa-ngapa-in. Tahun ini musti suksesss…. and make Allah proud of you, des.. Ya Allah, sampaikan umurku untuk menyambut tamu istimewa itu dan berilah hamba kesempatan untuk menikmati Ramadhan kali ini (moga Ramadhan kali ini lebih, lebih dan jaaauuuuuuh lebih baik dari Ramadhan yang lalu serta lebih berkah tentunya, amiin…..) Selengkapnya...

Minggu, 30 Juli 2006

SEKEPING HATI

Bayangnya tak pernah hadir dalam mimpiku
asal-usulnya tak pernah terukir dalam angan kehidupanku
wajahnya tak pernah terlukis dalam kanvas penglihatanku
geraknya tak hadir dalam renungku
namun hadirnya mampu memberi warna dalam hidupku

Kadang hati ini mencoba meraba,
sketsa wajahnya…
sigap geraknya, bayangnya…
namun sungguh, aku takut melukiskan semua itu dalam angan
ffhhh…! aku tak ingin mengacaukan hati ini…

Mencoba mengenalnya dari cara berfikirnya,
memahami mimpi-mimpinya…
tak kupungkiri bahwa sosok revolusioner itu ada padanya,
tapi menyimpulkan bahwa sosok revolusioner itu adalah lelaki yang Allah tetapkan untuk menemani mewujudkan mimpi-mimpiku,
menjadi qowwam dalam kehidupanku, menjadi ayah dari anak-anakku kelak…?!
Entahlah…aku pun tak tau jawaban dari semua pertanyaan yang berkecamuk dalam batinku

Kutitipkan jawab pada Sang Pemilik Masa,
biarlah kelak waktu hamparkan jawabnya…
Apakah sosok revusioner itu adalah mentari yang selalu setia menemani hariku,
menghangatkan hari demi hari yang kulalui dengan sinar lembutnya,
meski kadang ada kalanya sang mentari beristirahat dalam selimut malam
dan mentari pasti akan kembali bersinar cerah esok pagi…
Ataukah sosok revolusioner itu pelangi jingga yang indah menyapa di suatu senja,
bagian dari sedikit waktu yang Allah titikan melalui usia….

Jika memang dia adalah matahariku, niscaya dia akan “datang” dengan cara yang bersih,
suatu hari nanti; entah esok atau lusa…aku pun tak tau……
Tapi jika dia hanya pelangi jingga yang datang sejenak,
memberi warna indah dalam perjalanan kehidupanku…
Aku tetap bersyukur pada-Nya bahwa sosok revolusioner itu --dengan segala kelemahan dan potensi yang ia miliki-- pernah menjadi bagian dari proses pembelajaranku
untuk menjadi kebanggaan Allah dan Rasul-Nya di yaumil akhir kelak

Apapun endingnya, aku tak pernah merasa menyesal telah mengenalnya
karena banyak hal yang kupelajari darinya
dan semoga hadirku pun memberi kontribusi kebaikan untuknya…
Tidak ada peristiwa yang tersia --karena tak ada sesuatu
yang Allah ciptakan dengan sia2--
selalu ada ibrah yang dapat diambil,
bagi mereka yang mau merenung dan mengambil pelajaran
berharap aku
adalah pembelajar sejati
…dan biarlah waktu bentangkan jawabnya……

@resahku, 280706


Selengkapnya...

TITIK TOLAK

Ketika mereka telah menemukan titik tolak dari keterpurukan pada masa-masa sulit yang kami hadapi, untuk kembali melejit….memberi amal-amal terbaik hanya untuk Allah…..
Aku tak ingin sendiri, diam dan terpaku dalam kenangan atas kegemilangan masa lalu. Aku tak ingin menjadi yang tertinggal, sungguh…aku pun ingin bangkit!
Jika pernah kita merasakan masa sulit dalam keterpurukan, kini kalian menemukan penawar bagi luka yang dirasakan, luka sama yang juga kurasakan
Jika aku pernah berfikir untuk menjauh sejenak untuk meraih mimpi dan mengobati luka, melihat dunia dan belajar banyak hal di luar sana tapi setelah merenung dan memikirkan banyak hal kini aku berubah fikiran…..
Jikalau kesulitan dan keterlukaan adalah mahar dari kekuatan, kebesaran dan kematangan jiwa maka aku memilih untuk melalui hari-hari sulit itu –setidaknya untuk beberapa saat, sampai kebutuhan akan ilmu yang dimili dapat digantikan orang lain-
Aku akan bangkit dan bertolak dari sini, di tempat yang sama di mana luka itu ada….
Namun yang pasti aku akan bangkit bersama kalian, bersama kita berlari menuju cinta dan keridha’an-Nya

Kelak akan Allah gantikan pedihnya luka dan sulitnya masa yang dilalui dengan sebaik-baik balasan, insyaAllah!
@270706

Selengkapnya...

Senin, 24 Juli 2006

Kalo Rezeki, Ga Bakal Lari Kemana….

Acara Talk Show tentang Pendidikan Anak dalam rangka Hari Anak Nasional kali salah satu pembicaranya adalah Pak Cah (Ust. Cahyadi Takariawan). Beberapa saat menjelang acara dimulai, seorang –yang sepertinya pembicara dari luar Pontianak- masuk aula tempat acara digelar ehm..tapi koq kaya’nya bukan Pak Cah ya….?! Sepertinya Pak Cah ga bisa datang dan digantikan dengan orang lain. Ku sikut mbak Fitri –temen satu DPC, dulu kuliah di Yogya- yang duduk di sebelah. “Mbak, itu bukan Pak Cah? Koq lebih muda ya..?! Kaya’nya bukan Pak Cah deh!”. “iya..tapi ustad siapa ya, kaya’nya kenal… Wajahnya ga asing” jawab mbak Fitri. “Ehm..kaya’ Ust. Nono deh” lanjutnya.
Karena MC langsung membuka acara, kami langsung mingkem menghentikan pertanyaan-pertanyaan yang masih belum terjawab. Tapi mendengar nama Ust. Nono yang disebutkan mbak Firti, ingatan ku melayang pada waktu silaturahim ke Yogya dua tahun lalu. Acara pembukaan berlangsung, file di kepala “memutar” percakapan pada pagi di mana aku akan berangkat ke Jakarta malam harinya. “Mbak, besok ada acara loh di Masjid Mardhiyah.. yang ngisi Ust. Nono. Rugi banget deh klo mbak ga dateng. Jarang-jarang loh Ust. Nono ngisi sekarang kan beliau udah jadi anggota dewan” kira-kira begitulah yang diucapkan Shinta, berusaha merayu supaya aku mengundur waktu keberangkatan. “Pengennya sih, tapi yang nganter bisanya ntar malem Shin..” jawabku. “Rugi loh, dah jauh-jauh dari Pontianak ga ikut kajiannya Ust. Nono, orangnya asyik banget” Shinta makin gencar aja membujuk. Aku sempet ragu juga untuk berangkat, tapi karena udah mengundur keberangkatan beberapa hari sebab sempet sakit akhirnya aku membulatkan tekat untuk berangkat ke Jakarta malam ini. Di Jakarta juga ada banyak saudara yang harus dikunjungi, dan aku harus pulang ke Pontianak tepat waktu karena banyak amanah yang menanti. “Belum rezeki mbak lah Shin, dapet ilmu dari beliau” jawaban yang pasrah banget dan cukup efektif membuat Shinta menghentikan rayuannya meski dari wajahnya terlihat raut kecewa, jangankan dia yang ngajak.. ana yang diajak kaya’nya lebih kecewa deh tapi mau diapain lagi.
“….kepada Bapak Endri Nugraha Laksana dari Jakarta, kami persilahkan ke atas panggung” ucapan MC membuatku menghentikan nostalgia –klo ga bisa dibilang lamunan- “yah..bukan Ust. Nono deh kaya’nya” batinku, tapi entah kenapa aku tetap yakin klo ustad yang kini berada di depan ku adalah Ust. Nono. Tiba-tiba mbak Fitri berbisik “tuh…kan bener! itu Ustad Nono!! Tapi koq MC-nya tadi bilang ustadnya dari Jakarta ya?”. Yang ditanya Cuma senyum.
Karena panitia ga nyediakan form Curriculum Vitae, jadi sebelum memaparkan materi para pembicara terlebih dulu memperkenalkan diri. Dimulai dengan Pak Endri Nugraha Laksana, dan setelah memperkenalkan diri beliau meluruskan ucapan MC yang mengatakan beliau berasal dari Jakarta, “saya dari Yogya, hanya tadi malam transit di Jakarta”.
“Tuh…kan bener, Uts. Nono tuh!! pantesan wajahnya ga asing” ujar mbak Fitri girang. Aku hanya senyum-senyum meski ga dapat dipungkiri klo aku juga seneng banget, meski yang dateng bukan Pak Cah tapi yang gantiin adalah Ust. Nono. Alhamdulillah….ketemu juga akhirnya dengan yang namanya Ust. Nono, yang dua tahun lalu menjadi salah satu alasan berat rasanya meninggalkan Yogya. Ga kebayang akhirnya bisa berada di majelis ilmu bersama beliau, barakallah…. Klo rezaki, ga bakal lari kemana. Mungkin dua tahun lalu belum rizekinya untuk mendapatkan ilmu dari beliau atau mungkin memang belum saatnya mendapatkan ilmu yang beliau paparkan. Tapi yang pasti hari ini aku merasa sangat bersyukur berada di majelis ini. Wallahu’alam wastaghfirullah….
Untuk Shinta dan ‘teh Uyun, kaifa hal ukhti fillah..?! Kangen buanget euy, makasih atas tumpangannya di kos-an, makasih atas pinjeman baju birunya, makasih udah diajak ikutan rapat di gembira loka pagi-pagi, makasih udah nemenin belanja di malio boro, makasih udah nemenin beli cincin, makasih udah nganterin ke Kota Gede, makasih ngerawat dan perhatiin aku paslagi sakit, tengkyu buangeet..nget..nget sampe ngenget for every thing; hanya Allah yang bisa membalas kebaikan kalian dengan sebaik-baik balasan. Afwan ya..fotonya blum dikirim juga, negatifnya ilang sih. Mudah2an kita bisa ketemu lagi ya…. Miz u,ukh…
Selengkapnya...

Minggu, 02 Juli 2006

Renungan Untuk Adik Tercinta

Mereka duduk berdua di dalam kamar, ikhwan dan akhwat itu sedang berbincang dari hati ke hati, sebagai seorang kakak dengan adiknya juga sebagai sesama aktivis dakwah. Hmm….ternyata mereka tengah bicara mengenai pernikahan, mungkin karena usia mereka hanya terpaut satu tahun dan keduanya juga sudah memasuki usia yang cukup dikatakan layak untuk menikah, jadi pembicaraannya terlihat sangat akrab (namanya juga kakak-adik J). “Kak…kalo’ bise nanti cari suami jangan yang kurus ye? Adek kan badannya besar nanti susah kalo’ jalan same suami kakak trus kalo’ bise yang bla…bla….” si ikhwan mengemukakan harapannya. Kakaknya menanggapi dengan menulis di buku catatannya sambil protes “masa’ kriterianye masalah fisik sih dek”, di dalam hati si akhwat ia berguman “iya kakak catat, tapi Cuma dicatat jak…”. Si adek lalu melontarkan sebuah pertanyaan “kak, kalo’ adek nikah sama akhwat yang ndak ngaji gimana?”. Si kakak lalu menjawab dengan bijak “yaa ndak pape-lah, kalo’ namenye jodoh mau diapekan lagi” ia kemudian menghela nafas “asal adek nanti siap jak nyucikan bajunye, sementara istri adek pergi kemane-mane, mending perginya untuk dakwah, ini perginye ke mall atau jalan-jalan. Trus adek siap ndak liat istri adek pake baju you can see, dandan trus laki-laki lain lihat istri adek kaya’ gitu” paparnya. “Lalu adek siap ndak, di tengah amanah adek sebagai suami dan da’I, istri adek menuntut waktu dan perhatian lebih bahkan seringkali meminta tambahan uang lebih untuk beli baju ataupun perhiasan?! Sedangkan umat juga butuh waktu, fikiran, tenaga dan dana yang bukan tenaga sisa, waktu sisa, tenaga sisa, dan dana sisa..?!. Sementara adek di luar rumah harus mengeluarkan energi besar untuk keluarga dan dakwah, ketika kembali ke rumah adek tidak menemukan sesuatu yang dapat mengembalikan energi, terutama energi spiritual adek. Se”jelek-jelek”nya akhwat dek, kalo’ dalam perjalanan rumah tangga kalian ada masalah, setidaknya kita bisa minta bantu murabbiyahnya, kita bisa membicarakannya dengan bahasa keimanan. Bedakan antara cinta nafsu dan cinta untuk menghantarkan kita pada ridho Allah. Kalo’ adek bisa menjamin menikah dengan yang pemahamannya terhadap dakwah tidak sekufu sama adek bisa menghantarkan adek kepada Jannahnya Allah, tafadhol…..” panjang lebar si kakak mencoba memahamkan adiknya. Yang di ajak bicara hanya diam saja, memikirkan perkataan kakaknya tercinta. Malam sudah mulai larut, mereka mengakhiri pembicaraan. Si ikhwan pun berlalu meninggalkan kamar sang kakak sambil merenungi perkataan kakaknya.

seperti yang dituturkan seorang sahabat kepada laut_biroe@30606_11.30am

Jazakillah ya say, kita sama-sama saling mendo’akan supaya adik-adik kita jadi salah satu dari sekian banyak ikhwan tangguh, moga adik-adik yang kita cintai itu bisa menjadi seperti apa yang Allah dan Rasul-Nya harapkan dan moga kita kelak dipertemukan oleh Allah di Jannah-Nya bersama orang-orang yang kita cintai,amiin…

Selengkapnya...

Belajar Dari Ibrahim


By : Snada
Sering kita merasa taqwa, tanpa sadar terjebak rasa
dengan sengaja mencuru-curi, diam-diam ingkar hati
Pada Allah mengaku cinta, walau pada kenyataannya
pada harta pada dunia, tunduk seraya menghamba

Belajar dari Ibrahim, belajar taqwa kepada Allah
belajar dari Ibrahim, belajar untuk mencintai Allah
Belajar dari Ibrahim, belajar taqwa kepada Allah
belajar dari Ibrahim, belajar untuk mencintai Allah

Malu pada bapak para anbiya
patuh dan ta’at pada Allah semata
Tanpa pernah mengumbar kata-kata
jalankan perintah tiada banyak bicara
Selengkapnya...

Pandangan Mata
By : Snada

Pandangan mata selalu menipu
pandangan akal selalu tersalah
pandangan nafsu selalu meluluh
pandangan hati itu yang hakiki, kalau hati itu bersih

hati kalau terlalu bersih pandangannya akan menembus hijab
hati jika sudah bersih, firasatnya tepat karena Allah
Tapi hati bila dikotori bisikannya bukan lagi kebenaran,
tapi hati bila dikotori bisikannya bukan lagi kebenaran….

Hati tempat jatuhnya pandangan Allah,
jasad lahir tumpuan manusia
Utamakanlah pandangan Allah,
daripada pandangan manusia Selengkapnya...

Mengemis Kasih


By : Raihan

Tuhan dulu pernah aku menagih simpati

kepada manusia yangg apa jua bukan

Lalu terhiritlah aku di lorong gelisah

luka hati yang berdarah kini jadi kian parah

Semalam sudah sampai ke penghujungnya

kisah seribu duka kuharap sudah berlalu

Tak ingin lagi ku ulangi kembali

gerak dosa yang mengiris hati

Tuhan…dosaku menggunung tinggi

tapi rahmatMu melangit luas

Harga selautan syukurku

hanyalah setitis nikmatMu di bumi

Tuhan…walau taubat seribu bukit

namun pengampunanMu tak pernah bertepi

Jika selangkah ku datang padaMu

seribu langkau Kau rapat padaku

Selengkapnya...

Apa yang Dapat Kulakukan untukmu, Saudaraku…?

No body Is Perfect _ famous term

Hal ini pasti menjadi dasar ketika kita “memandang” karakter ataupun dalam mengevaluasi kerja-kerja para pelaku dakwah. So... NIP. Selain Allah yang Haq.

Saat kita bersemangat, memiliki level iman yang stabil atau sedikit lebih baik, kita seolah-olah melihat saudara kita pun seperti kita. Menerapkan standar stabilitas keimanan kita kepada saudara-saudara kita, atau bahkan adik (ikhwah baru) kita. Maka, ketika kondisi saudara kita tidak stabil, sedang mengalami fluktuasi iman, futur, kita pun menganggapnya sebagai kader manja. Kita melihatnya dengan perspektif berbeda dengan apa yang dirasakannya atau yang dibutuhkannya. Kita yang stabil memaksa agar ia bisa survival bertahan di garis keimanan. Sehingga kita tidak merasa terlalu perlu untuk memberinya nasihat, atau motivasi-motivasi keimanan. Sementara betapa ia butuh sentuhan-sentuhan perhatian kita.
Kita berpikir bahwa suatu saat, kita akan hidup sendiri tanpa seorang ikhwah yang menemani di suatu daerah. Sehingga kita mengira bahwa kita harus bersiap-siap untuk hal tersebut. Maka ketika ada seorang yang futur, kita bersikap seolah-olah tidak peduli padanya. Dan ketika dia benar-benar mengucapkan “selamat tinggal”, kita menyalahkannya atas kelemahannya. Kita menyelamatkan diri atas kesalahan dari futurnya saudara, dengan hiburan-hiburan bahwa ini adalah sunatuddakwah.
Tidak sedikit kita dengar kisah-kisah futurnya ikhwah dari barisan ini setelah tarbiyah bertahun-tahun. Bukan hal yang mengejutkan memang, ulama bahkan ada yang murtad, berganti haluan, ustadz pun ada yang terjatuh, saat tergiur dengan indahnya dunia. Kehilangan seorang yang telah memiliki kepahaman dan mobilitas dakwah yang tinggi, apakah bisa diganti dengan masuknya 50 orang baru dalam barisan ini, tanpa kepahaman dan aksi dakwah yang mapan? Lepasnya seorang kader produktif apakah bisa ditutupi dengan hiburan bahwa 50 baru orang yang baru-baru mengikuti daurah tahap awal, dengan produktifitas dakwah yang masih nol?
Mungkin ada rasa marah ketika melihat saudara kita melakukan kesalahan, tapi bukan berarti tidak ada pintu untuknya kembali dalam hangat nuansa ukhuwah, indahnya berjuang bersama dan nikmatnya munajat di sepertiga malam terakhir bukan…?! Seberapa besar kontribusi kita untuk membantu saudara kita yang tengah mengalami fluktuasi iman, bias jadi suatu saat kita mengalami hal yang sama….. Seberapa sering namanya kita sebut dalam munajat di sepertiga malam terakhir? Sudah berapa tausiyah yang kita berikan kepadanya? Apakah kita hanya bisa men-judge tanpa memberi solusi atau hanya bisa membicarakannya di belakang kita padahal belum tentu amal kita lebih baik darinya. Sudahkan kita menanyakan padanya hari ini “apa yang dapat kulakukan untuk menahanmu di sini, saudaraku….tetap berada di jalan dakwah ini….??”

laut_biroe@duka,300606 (untuk seorang sahabat: ana ikhlas jika taujih maupun segala upaya untuk menahanmu di jalan ini harus di bayar dengan kehilangan seorang sahabat jika itu bisa menjadi mahar agar engkau tetap berada di sini, di jalan dakwah yang mulia ini… Bagi ana kehilangan seorang sahabat jauh lebih baik-meskipun sakit-, daripada dakwah ini harus kehilangan orang se-potensial antum…. Jika ana tidak bisa lagi “mencuri” gagasan dan mimpi-mimpi besar yang sering antum lontarkan, sungguh….itu jauh lebih baik-meski pedih-, daripada dakwah ini yang kehilangan ide-ide cemerlang antum….)

Catatan Penting : “No Body is Perfect”, “Kita Bukan Malaikat” atau kalimat sejenis jangan dijadikan justifikasi bagi mereka yang sedang mengalami fluktuasi keiman!!

Selengkapnya...

Kamis, 29 Juni 2006

Pahlawan Itu Terluka, Bukan Karena Peluru Musuh


Dia adalah seorang pemuda yang sangat cemerlang gagasannya dan gigih dalam perjuangan dengan amanah dakwah yang cukup berat, setidaknya itulah yang saya tahu. Meskipun sedikit emosional, tapi untuk ukuran orang muda menurut saya dia adalah orang yang mengagumkan. Dia adalah salah satu dari sekian banyak mujahid dan mujahidah yang dapat dikatakan sebagai pahlawan, setidaknya jika dia belum menjadi pahlawan besar saat ini saya yakin dia akan menjadi pahlawan besar di masa depan karena memang dia memiliki potensi untuk itu. Dan saya bangga mengenalnya, dia tidak hanya seorang sahabat tapi juga guru untuk saya –meskipun mungkin dia tidak menyadari bahwa saya belajar banyak darinya-
Keterlukaan yang Tragis
Kini pahlawan itu terluka, dia tengah tertatih untuk dapat tetap tegak berdiri memegang panji-panjiNya. Dia tersaruk untuk dapat tetap berada dalam rombongan perang, agar dia tak tertinggal barisan jundullah yang terus maju menghadapi musuh. Namun sangat disayangkan, sang pahlawan bukan terluka karena peluru maupun senjata musuh lainnya. Dia justru terluka oleh hawa nafsunya sendiri!!! Pahlawan itu harus terluka hanya karena seorang wanita, dia tertatih karena cinta yang tidak pada tempatnya, dia tersaruk justru karena menuruti nafsunya sendiri..!!! Bagaikan pahlawan yang mati bukan oleh senjata musuh, tapi karena sakit flu. Tragis…..
Dan ketika pahlawan tersebut adalah orang yang kita kenal, bahkan dapat dikatakan seorang sahabat. Seorang yang memberi anda banyak pelajaran, tentu anda akan merasa sangat kecewa, begitupun saya. Hampir tidak percaya mendengar orang yang saya kagumi, seorang da’I mengeluarkan sapaan mesra –yang tak layak diucapkan- kepada wanita yang bukan mahromnya. Hati ini teriris melihat saudara seiman yang begitu dipercaya berjalan berdua dengan wanita yang bukan mahramnya. Saya merasa begitu marah dan terhina, sangat terhina!!!!!! Jika dia bukan orang shalih, mungkin saya tidak akan semarah ini!! Seumpama dia bukan seorang da’I, mungkin saya tidak akan merasa terhina seperti sekarang ini!!
Bukan Malaikat
Kita memang bukan jama’ah malaikat, kita adalah jama’ah manusia biasa yang juga sangat mungkin melakukan kesalahan. Tapi ketika kita melakukan dosa, tidakkah keimanan meskipun sedikit membuat kita takut untuk melanggar perintahnya..?! Rabb….pantaslah jika Baginda Rasul bukan merasa takut dikalahkan oleh musuh, tapi Beliau merasa takut kalah dalam perang karena para mujahid yang melakukan dosa dan dengan itu Allah tidak memberikan keberkahan berupa kemenangan.
Kita memang bukan malaikat, pun saya bukan orang suci yang tak pernah melakukan kesalahan. Tapi apakah hal itu dapat dijadikan justifikasi atas dosa dan kesalahan yang kita lakukan…?!?
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS. As-Syams: 8-10).
Kembali Pada Allah
Sesungguhnya hidayah itu sangat sulit didapatkan dan lebih sulit lagi untuk mempertahankan hidayah yang telah Allah berikan. Dahulu kita tertatih untuk mendapatNya dan dengan begitu banyak pengorbanan kita menempa diri untuk dapat menjadi hamba yang patut dibanggakan olehNya, namun kini setelah hidayah itu Allah berikan kita melepaskannya begitu saja. Kita tidak menjaga agar Allah tetap memandang kita layak mendapatkan hidayah itu. Menyadari kesalahan adalah langkah awal yang menguntungkan dan bertaubat serta berazam untuk tidak melakukan dosa itu lagi adalah langkah kedua yang revolusioner untuk menyelamtkan diri dari kemurkaan Allah. Dan semoga kita adalah termasuk orang yang Allah jaga selalu dalam kebaikan dan hanya disibukkan oleh hal-hal yang baik. Tak ada kata terlambat untuk kembali dalam rengkuh cintaNya, selama nyawa masih berada dlm jasad, bersegeralahh.....
Wallahu’alam wastaghfirullah

kamarbiroekoe,280606_09.34pm
Yaa Rahman, berilah hidayah kepada saudaraku tersebut. Jika amal dakwah yang ia lakukan selama ini merupakan kebaikan, gantikanlah dengan hidayah dan keistiqomahannya di jalan ini.
Yaa Aziz, berilah saudaraku tersebut kekuatan untuk melepaskan diri dari jeratan syaitan, dan peliharalah ia dari segala macam keburukan serta jagalah ia selalu dalam cinta dan ridho-Mu.
Rabb….jangan jadikan saudaraku tersebut bagian dari orang-orang merugi yang memutuskan berhenti dari dakwah ini, jangan jadikan ia golongan orang-orang terlempar keluar dari perjuangan ini.
Rabb…hamba titipkan saudaraku tersebut padaMu, Engkaulah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Pemberi pertolongan
Selengkapnya...

Selasa, 27 Juni 2006

Jikalah Pada Akhirnya...


Jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Mengapa meski dibiarkan meracun jiwa.
Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama

Jikalah kebencian dan kemarahan menjadi masa lalu pada akhirnya
Mengapa mesti diumbar sepenuh jiwa
Sedangkan memaafkan dan menahan diri adalah lebih berpahala

Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Mengapa meski ingin memiliki dan selalu bersama
Sedang memberi akan lebih banyak menuai arti

Jika hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka
Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nantinya

Jika kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Mengapa tidak dinikmati saja
Sedang ratap tangis tidak dapat mengubah apa-apa

Jika kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Mengapa mesti tenggelam didalamnya
Sedang taubat itu lebih utama

Jika harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri
Sedang kedermawanan itu akan melipat gandakannya

Jika kegagalan akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Mengapa mesti menghantui jiwa
Sedang usaha dan ketabahan justru memberikan manfaat

Jika kekurangan dan kelemahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Mengapa mesti terus disesali
Sedang bersyukur akan memberi nikmat dan kekuatan

Lakukanlah yang terbaik yang bisa kau lakukan
Karena waktu dan kesempatan tidak bisa di tebak

Sumber: http://arridho81.blogs.friendster.com/my_cyber_news/2006/06/jikalah_pada_ak.html
Selengkapnya...

Jadilah Seperti Mawar, Duhai Ukhti dan Jadilah Ksatria, Wahai Akhi..!!!

Saya merasa sangat marah dan terhina ketika seorang akhwat dengan terisak mengatakan bahwa ia jatuh cinta dan awal dari VMJ itu adalah karena mereka sering curhat. Si ikhwan sepertinya memberi harapan mbak, tapi ternyata dia juga melakukan hal yang sama ke akhwat lain. Bahkan dari cerita temennya saya tau, si ikhwan sering bersapa mesra dengan akhwat lain itu dengan sebutan “sayang”. Saya merasa “patah” mbak, tuturnya terbata.

**

Entah siapa yang memulai, tapi akhirnya si akhwat merasa sangat nyaman “berbagi” kepada si ikhwan yang selalu dapat meberikan solusi bagi permasalahannya. Lama-kelamaan si akhwat merasa si ikhwan memberikan “harapan” padanya. Entah si akhwat yang gede rumangso, gede rasa atau si ikhwan yang memang senang tebar pesona, memberi harapan ke semua akhwat yang ditemui-nya.

Entah siapa yang patut di salahkan, tapi yang pasti kedua belah pihak harus instrospeksi diri, kenapa rasa itu bisa ada. Jatuh cinta memang bukan aib, rasa cinta adalah anugerah indah dari Allah hanya saja ia akan menjadi bencana jika tidak ditempatkan pada tempat dan waktu yang semestinya.

Ketahuilah ukhti, bagi seorang laki-laki kecenderungan untuk melindungi sangat besar. Jikalau anti datang pada seorang ikhwan dengan segenap permasalahan untuk diceritakan, lama-kelamaan ia akan merasa sangat dibutuhkan dan mungkin tanpa sadar ia terjerat nafsu dan mulai “menawarkan” mimpi-mimpi. Karenanya duhai ukhti, jadilah seperti bunga mawar di jalan dakwah ini. Ia indah tapi dia bisa menjaga dirinya dengan pertahanan yang ia miliki. Akhwat bukan makhluk tak berdaya yang tidak bisa apa-apa, mungkin terkadang kita butuh pertimbangan ikhwan sebagai seorang yang lebih rasional tapi jangan jadikan itu kebiasaan sehingga setiap permasalahan harus di sharingkan ke ikhwan. Pun jika terpaksa meminta pendapat lawan jenis, jangan selalu meminta pendapat pada satu orang. Itu hanya akan menjebak dirimu sendiri ukhti….

Sedangkan kalian, wahai akhi…. jadilah seorang ksatria! Jangan pernah jadi pengecut apalagi pecundang dalam dakwah ini. Jikalau memang kalian merasa siap menikah, maka bersegeralah. Jangan pernah “menawarkan mimpi” pada akhwat, memberikan sesuatu yang tidak pasti. Katahuilah akhi, bahwa perasaan akhwat itu sensitive dan mudah tersentuh. Jangankan oleh perkataan yang puitis, dengan perhatian pun ia bisa luluh.

Sudah cukup banyak pekerjaan umat ini, jangan lagi ditambah dengan permasalahan moral para da’I yang semakin hari semakin memprihatinkan. Kita memang bukan malaikat yang tak pernah melakukan kesalahan, tapi ketika kita bergabung dalam barisan dakwah ini maka saat itu kita telah berazam untuk menjadi manusia-manusia langit, sosok manusia yang mempunyai orientasi langit dan hanya Pemilik Langitlah satu-satunya tujuan.

Diri kita sendirilah yang paling mengetahui kondisi hati dan apa kelemahannya, maka jangan sesekali bermain api. Memang di anjurkan menjaga silaturahim dan ukhuwah tapi jika persahabatan yang terjalin malah membuat kita jauh dari Allah, berkah apa yang dapat kita ambil dari sebuah ukhuwah (persahabatan karena Allah)…?!?! Ingatlah wahai saudara ku bahwa syaitan selalu menanti celah di mana kita lengah, musuh terlaknat itu selalu siap menikung kita di setiap belokan.

**

Ya Wadud….jagalah hati ini, hanya Engkau cinta tertinggi. Kalaupun mencintai ia yang berhak di cintai, maka jadikan cinta itu karenaMu dan jangan sampai cinta kepadanya melebihi cinta kepadaMu.

Ya Ghaffar…..ampuni jika kaki ini pernah tergelincir, mengatasnamakan ukhuwah untuk menuruti hawa nafsu. Menikmati rasa yang tak berhak dan tak halal untuk dinikmati.

kamarbiroekoe, 260606_10.35PM@kecewakuThd SeorangSahabat

Sobat, sudah…putuskan saja rantai syaitan yang menjeratmu! Memang bukan hal yang mudah, aku tau itu sulit tapi akan lebih mudah jika kau MAU memutuskan semua hal yang membuat terjerat. Jika mmng itu terlalu sulit bagimu, istikharahlah…tanyakan pada Allah apakah ia mmng yang terbaik untuk-mu. Jika jawabannya iya, maka akhiri semua ini dengan sesuatu yang dihalalkanNya. Meski jujur sebagai da’I, aku kecewa tapi bukan berarti aku benci padamu, sobat. Kau tetap sahabatku dan justru karena itu tulisan ini ada.

Selengkapnya...

Sabtu, 17 Juni 2006

Life is Begin

Aku tertegun ketika pesan singkat dari Ketua Departemen Kebijakan Publik -yang notebene-nya adalah mas’ul-ku- membuat HP berbunyi. Isi pesannya, beliau meminta maaf atas segala kesalahan selama berinteraksi dan PAMIT coz besok beliau harus pergi ke Sanggau. Yup, beberapa waktu lalu beliau diterima sebagai PNS dan menunggu penempatan. Dan ternyata SK-nya udah keluar. Life is begin, batinku.

Beberapa bulan belakangan banyak membuatku merenung, bahwa kini kita menghadapi dunia yang sebenarnya. Satu per satu ikhwah yang se-angkatan memulai “hidup”-nya. Ada yang kerja di luar kota, ada yang nikah trus ikut suaminya ke luar kota or else lah… Pasca kampus merupakan sebuah fase mendebarkan, setidaknya buatku. Karena di fase ini idealisme kita di uji, apakah kita memang kokoh atau kita kokoh karena lingkungan kita seperti itu. Bahkan pernah dalam sebuah diskusi dengan adik tingkat, beliau “nantang” kakak-kakaknya dengan mengatakan “akhwat-akhwat kaya’ kakak-kakak nih ana yakin, setelah nikah pasti ilang dari peredaran. Cobelah (baca: cobalah) liat kakak-kakak ’98, siape sih sekarang yang jadi tokoh?! Kite liat jak nanti kakak nih kaya’ mane (baca: kita lihat saja nanti kk gimana)…”.

Jika ketika masih di kampus ada salah satu teman kita menghadapi masalah, yang lain pasti cepat merespon agar masalahnya tidak berpengaruh pada kondisi ruhiyahnya, saling menguatkan (ukhuwah itu indah buanget ya, guy’s?!). Tapi ketika pasca kampus, kita tidak berada pada komunitas dominan yang bisa mem-back up diri. Kita dituntut untuk bisa survive dan memang tarbiyah mencetak kader yang bisa tarbiyah dzatiyah.

Ffffhhh……nulis apa lagi ya, koq jadi pengen nangis! Sedih, terharu, tau’ ah gelap…. Inget pertama kali gabung di LDK, kenal sama ikhwah laen, inget kalo’ pas berantem, inget suka dan dukanya ngelola dakwah kampus, jadi solid dengan ikhwah se-angkatan, eh…trus sekarang satu per satu pisah….. ihiks….ntar ketemu lagi udah pada bawa anak, ada yang jadi dewan (kali..). Duh, ga kuat lagi mau mikir, emosio-nya lebih dominant…… udahan aja, eh….my poem;

Rabb…..sampaikan pada sahabat-sahabatku dengan caraMu yang paliing indah, bahwa aku sangat mencintai mereka karenaMu.

Rabb…jagalah aku dan sahabat-sahabatku agar tetap istiqomah di Jalan dakwahMu, meski badai menerpa…

Rabb…hilangkan keragu-raguan dari dada ini, hilangkan kekerdilan dari jiwa kami, gantikanlah dengan semangat dan azzam serta kerindu-an untuk berjumpa denganMu

Rabb…berilah aku dan sahabat-sahabatku kekuatan untuk meneruskan risalah Rasul yang mulia

Rabb…..sampaikan pada sahabat-sahabatku dengan caraMu yang paliing indah, bahwa aku sangat mencintai mereka karenaMu.

Satukan kami dalam keta’atan, dalam keimanan padaMu. Pertemukanlah kami kelak di JannahMu bersama Rasulullah, para sahabat mulia dan orang-orang mukmin sebelum kami.

Rabb…..kabulkan pinta hambaMu ini…. Selengkapnya...

Senin, 12 Juni 2006

Senyum Anti Tak Seceria Biasa

Aku bingung ketika seorang teman di departemen Kebijakan Publik mengatakan bahwa senyumku tidak seceria seperti biasanya. “Anti sakit ya..?” tanya temanku kemudian, Ku gelengkan kepala dan kupertegas dengan sebuah kalimat singkat : “ga kok”. “Kirain anti sakit, abis senyumnya ndak seceria biasanya”. Aku hanya menanggapi pernyataannya dengan tersenyum sambil coba merasakan senyumanku sendiri, apakah benar bahwa senyumku hari ini berbeda dari hari-hari biasanya; ga ceria. Ternyata emang ada rasa yang berbeda di hati ketika aku tersenyum, mungkin hal itu yang menyebabkan efek senyumanku tak seindah warna aslinya.

Aku melewati session pembukaan agenda progress report KAMDA sembari berfikir apa penyebabnya. Aku mencoba merunut kejadian yang terjadi selama satu pekan ini, aktivitas ku rasanya tak begitu padat, yup! aktivitas fisik ku pekan ini tidak begitu memforsir energi kecuali aksi penutupan penggalangan dana untuk korban gempa Jogja dan JaTeng yang ku ikuti kemarin. Meski tidak mengikuti aksi yang di lakukan dengan long-march itu secara penuh, tapi karena sudah hampir sebulan ini ga riyadhoh jadi lumayan ngos-ngosan juga meski ga sampe tepar sih. Mungkin ini salah satu faktornya.

Ku susuri lagi jejak-jejak aktivitas lainnya, nothing special. Tapi memang pekan ini banyak hal yang kufikirkan; rencana magang, info beasiswa S-2, mutasi liqo’ selama magang, binaan, pergantian pengurus di Mizan, sahabatku yang sedang dalam proses ta’aruf (terbayang jika dia menikah tepat saat aku magang, betapa sedihnya ga bisa menyaksikan hari paling bersejarah untuknya… L), amanah-amanah yang akan kutinggalkan selama magang, dan ……….. (hal yang ga bisa dituliskan, karena very personal). Apalagi ku lihat tilawahku ga mencapai komitmen, pantesan aja….

Gimana ga tepar kalo’ kaya’ gini, beban fikiran se-abreg tapi back up ruhiyahnya ga maksimal. Teringat bahwa keimanan itu terpancar lewat wajah. Rasanya kondisi ruhiyah seseorang juga akan sangat mempengaruhi aura yang dipancarkan oleh seorang mukmin. Wah…musti berkejaran nih..!!! Ingat Des, syurga itu tidak diraih dengan bersantai-santai! Tapi syurga di raih dengan jiddiyah dan tadhiyah, karena syurga itu mahal…!!! Keep Fight and keep smile ya Des….!!!!
laut_biroe@dialog batinku menyemangati diri sendiri,110606

Selengkapnya...

Pembangkit Listrik dan Pasokan Energi

Tentunya semua orang pernah melihat sebuah pembangkit tenaga listrik, setidaknya melalui televisi. Kalaupun tidak pernah melihatnya, saya yakin hampir semua orang pernah merasakan pasokan energi yang dialirkan oleh pembangkit tenaga listrik. Sebuah pembangkit tenaga listrik menghasilkan pasokan energi listrik yang akan dialirkan menuju gardu-gardu dari gardu-gardu itulah listrik kemudian di alirkan ke rumah-rumah dan dapat dinikmati oleh pengguna (konsumen), begitulah singkatnya (meskipun sebenarnya tidak se-sederhana itu).

Makin besar volume listrik yang ada maka semakin besar kemanfaatannya. Pembangkit tenaga listrik, menjadi pasokan langsung maupun tidak langsung bagi gardu dan rumah. Sedangkan gardu menjadi pasokan langsung listrik untuk rumah-rumah.

Begitupun dengan kapasitas seseorang, semakin besar volume kualitasnya maka akan semakin besar kemanfaatannya bagi orang banyak. Ketika kita masih menjadi konsumen yang menikmati manfaat dari banyaknya volume yang dimiliki orang lain, apakah membuat kita puas? Bukankah manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain..?! Lalu kenapa kita merasa cukup puas hanya sebagai konsumen, selalu menerima kebaikandari orang lain?! Kenapa kita mencoba meningkatkan kapasitas, menambah volume kita?

Ada orang yang pendidikannya tinggi tapi kontribusinya untuk umat sangat sedikit tapi di sisi yang lain ada orang yang pendidikannya tidak begitu tinggi tapi banyak hal yang bisa dilakukannya untuk umat. Jika dikatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan dan dibentuk, maka ketika kita bukan tipe pemimpin semenjak kita dilahirkan, kita harus bisa membentuk diri kita menjadi seorang pemimpin. Bukan sekedar berada pada posisi pemimpin tapi mempunyai karakter pemimpin, karena tidak semua orang yang berada pada posisi itu berkarakter pemimpin.

Hendak membentuk diri menjadi pemimpin berarti harus meningkatkan kapasitas, meningkatkan volume. Apa yang kita baca dan dengan siapa kita berinteraksi, turun menentukan kapasitas kita. Tapi nilai-nilai positif yang kita dapat dari bacan dan teman dalam berinterkasi tidak akan membentuk kita jadi pemimpin jika kita tidak mengaplikasikannya dan menjadikannya sebuah kebiasaan. Dengan mengaplikasikan nilai-nilai positif dan menjadikannya sebagai kebiasaan, maka sedikit demi sedikit kapasitas kita akan meningkat, volume kita akan semakin besar. Kita tidak lagi hanya berperan sebagai konsumen yang pasif tapi kita dapat menjadi gardu yang menyalurkan energi listik ke rumah-rumah. Dan ketika kapasitas kita terus meningkat maka kita dapat menjadi pembangkit tenaga listrik. Menghasilkan energi dan menjadi bermanfaat bagi banyak orang.

Semoga kita termasuk orang – orang yang tak pernah bosan untuk belajar, karena ilmu yang kita miliki ibarat setetes air di lautan. Banyak sekali hal-hal yang belum kita ketahui. Semoga kita bukan termasuk segerombolan orang yang mudah patah arang dalam belajar, karena proses pembelajaran itu terkadang terasa begitu berat dan menyakitkan. Semoga kita bukan golongan orang – orang yang mudah puas dengan ilmu yang kita miliki, karena dengan puas dengannya kita akan merasa cukup dan saat itu kita akan berhenti belajar. Dan sering kali manusia sombong dengan ilmu yang dimilikinya –na’udzubillah-, padahal ilmu Allah jauh lebih luas. Wallahu’alam wastaghfirullah.
laut_biroe@proses pembelajaran agar lebih matang dalam berfikir dan bertindak, 100606

Selengkapnya...

Pelukis dan Melukis

“Seorang pelukis membutuhkan cat untuk membuat lukisan yang indah , dengan gradasi semburat warna membuat lukisannya tampak nyata. Pilihan corak dan goresan-goresannya kadang hanya berawal dari sebuah inspirasi sederhana”. Seorang teman memberiku nasehat melalui sms, yang kurang lebih begitulah bunyinya.

Awalnya sulit memaknai taujih yang diberikannya, apa yang ingin ingin disampaikan melalui taujih itu. Ketika dimintai penjelasan pun sang pengirim pesan tak memberikan jawaban. Lalu ku coba memaknai taujih itu melalui sudut pandangku sendiri.

Hasil karya pelukis-pelukis besar yang ternama mempunyai nilai yang sangat tinggi. Namun lukisan itu tidak ujug-ujug (ujug-ujug = tiba-tiba, bahasa Jawa) jadi. Seperti menulis, melukis juga membutuhkan proses, mulai dari menentukan tema lukisan hingga menuangkannya menjadi bentuk yang dapat dinikmati oleh semua orang. Dan untuk menentukan tema, kadang sang pelukis mengalami kebuntu-an. Hal-hal kecil yang mungkin biasa-biasa saja terkadang malah dapat menjadi inspirasi hebat yang kemudian menghasilkan karya-karya indah yang dikagumi banyak orang.

Setelah karya indah nan mengagumkan dihasilkan, yang menjadi bintangnya adalah lukisan dan sang pelukisnya. Inspirasi maupun ide awal yang kemudian membuat sang pelukis membuat karya yang indah tak lagi diingat, bahkan orang juga tidak ambil pusing mengenai inspirasi yang melatar belakangi dihasilkannya lukisan tersebut. Salah kah orang berfikir seperti itu? Tidak juga, karena mungkin begitulah sunatullah-nya.

Begitu pun dalam dakwah ini. Tidak semua menjadi sang pelukis yang dapat menghasilkan strategi-strategi dakwah yang cemerlang, harus ada orang-orang yang “hanya” berperan sebagai isnpirasi bagi sang pelukis. Haruskah kecil hati ketika kita hanya mampu menjadi isnpirasi bagi orang lain, yang bahkan kita sendiri tidak menyadarinya..?! Tentu saja tidak, kawan…. Yang harus kita lakukan adalah terus menerus beramal, meski kita bukan bintang utamanya. Jangan pernah berhenti beramal karena meski amal kita masih kurang tepat untuk saat ini, siapa tau amal kita bermanfaat di masa yang akan datang atau bahkan menginspirasi orang lain untuk menghasilkan amal yang sesuai dengan masa yang dihadapi. Dan ingatlah bahwa Allah Maha Adil, Ia tak akan lalai menilai pekerjaan kita. Beramal dan teruslah beramal, karena kita tidak pernah tau amal mana yang kemudian menghantarkan kita pada ke-ridho-an Nya. Wallahu’alam wastaghfirullah.
laut_biroe@rindu JannahNYA.come: 100606

Selengkapnya...

Pecinta Biru yang Mengharu Biru

Hmmm…..kali ini aku ingin membagi kebahagiaan yang kurasakan. Pertama; aku merasa bahagia karena salah satu ikhwan senior di Badan Kerohanian Mahasiswa Islam di Universitas tempat-ku menimba ilmu beberapa waktu yang lalu akan menikah. Kedua, aku bahagia karena sahabat-ku sejak di SMU juga akan menikah. Dan kebahagiaan ketiga, adalah sahabatku akan menikah dengan abang senior-ku itu.

Mungkin buat orang lain itu adalah peristiwa yang biasa-biasa saja, tapi tidak bagi-ku karena mereka berdua adalah orang yang sangat berarti dalam perjalanan kehidupanku. Si ikhwan adalah qiyadah pertama di organisasi dakwah pertama pula yang pernah ku ikuti. Dengan sabar beliau dan abang-abang serta kakak-kakak yang lain membimbing aku dan teman-teman se-angkatan yang bergabung dalam organisasi tersebut. Yang lebih membuatku terkesan adalah sapaan hangat beliau setiap aku mampir ke secretariat, “gimana di hukum, des..?”(maksudnya, gimana rasanya di fakultas hukum). Sapaan itu selalu memaksaku bercerita dengan disertai isakan, karena pada waktu itu kondisi dakwah di “kampus merah” yang memang paling tidak kondusif di banding fakultas yang lain. Usai mendengar cerita-ku beliau dan senior-senior yang lain pasti memberikan penguatan. Yup! Perhatian sebagai qiyadah terhadap jundi-jundi beliau lah yang membuat aku terkesan dengan ikhwan senior yang satu ini.

Sedangkan si akhwat adalah salah satu teman halaqoh pertama-ku, ia adalah salah satu teman yang tak kenal lelah memotivasi di awal-awal masa hijrah. Ketika halaqoh kami di “segarkan” ternyata Allah mempertemukan kami kembali di tambah lagi kami mendapatkan amanah dakwah yang sama. Tentunya kebersamaan yang terjalin selama lebih dari dua tahun membuat ikatan ukhuwah di antara kami lebih erat. Sahabat-ku sejak SMU kini tinggal si akhwat dan seorang akhwat lagi, lainnya udah mudik ke kampong halamannya masing-masing di Pulau Jawa.

Jadi tidak aneh kan jika aku merasa bahagia hari ini, karena mereka akan menikah….!!! Kehadiran di sebuah acara akad nikah hari ini terasa berbeda, karena kali ini aku berada di dalam kamar pengantin menemani si akhwat (meski seorang lagi sahabat kami ga bisa ikut merasakan kegembiraan ini secara langsung coz ada amanah dakwah di luar kota). Beberapa saat sebelum acara di mulai terdengar suara tar (tar = rebana) yang di tabuh, jantungku yang sejak menemani si akhwat berdetak tak karuan kini berdegup semakin kencang. Lha…koq jadi aku yang deg-degan, tapi memang gitulah penyakitku jika menghadiri akad nikah. Orang lain yang mau nikah, malah aku yang nervous. Gimana kalo’ nanti aku yang nikah ya..?!, batinku……

Ketika ijab-qobul diucapkan sahabatku menangis, si pecinta biru kini tak kuasa menahan haru. Aku pun tak bisa menahan buliran bening yang berloncatan ke luar dari pelupuk mata (bener-bener mengharu biru suasananya, apalagi saat sungkeman…ihiks…). Perjanjian antara mereka berdua dengan Allah telah di ucapkan. Lembar baru membangun peradaban kini telah dimulai… Tak ada hadiah istimewa yang dapat kuberikan pada orang-orang yang kucinta ini kecuali do’a; Barakallahulaka wa baraka ‘alainaka wa jana’a bainakuma fii khairin (semoga Allah memberi berkah dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan).

Untuk Bang Ham dan Dian, selamat berjuang membangun peradaban! Untuk seorang sahabat yang tengah berproses, moga proposal itu adalah jawaban atas munajatmu,ukh… Moga Allah mudahkan prosesnye. Do’e-kan daku cepet nyusul kita’ (kita’ = kalian, bahasa Melayu) yee…. ;)
laut_biroe@030606

Selengkapnya...

Masa Kecil, Masa Bahagia…..?!

Perjalanan panjang dari Bogor menuju Bandung membuatku tak begitu bersemangat lagi menikmati indahnya pemandangan alam yang terhampar di luar jendela bis. Sayup-sayup terdengar anak kecil dengan suara yang masih agak pelat bernyanyi diiringi kecrek-an. Aku juga ga gitu hafal syair lagu yang dinyanyikan pengamen cilik itu, aku hanya tau kalo’ lagu itu di populerkan oleh Titiek Puspa dan sering ku dengar dalam iklan sinetron di salah satu televisi swasta “Kupu-kupu Malam”, kalo’ ga salah itu judul lagunya. Setelah menyelesaikan reff lagu tersebut, ia melanjutkan pada lagu selanjutnya yang aku tak tau judulnya tapi dari irama yang ku dengar sepertinya lagu dangdut. Innalillah….syair-nya genit buangeet! Entahlah….apakah si pengamen cilik itu mengerti atau tidak arti dari syair-syair lagu yang ia nyanyikan, tapi hati ini terasa begitu teriris. Sedih karena di usia yang begitu dini, ia harus susah payah turun-naik bis untuk mengamen demi mendapatkan tambahan uang. Sedih karena harusnya di usianya sekarang, ia mulai menghafalkan huruf hija’iyah atau do’a-do’a harian tapi….ia justru lebih hafal syair lagu yang membuat-ku sakit perut mendengarnya.

Jika mengingat masa kecil sering kali membuat kita tersenyum sendiri karena masa itu adalah salah satu masa yang membahagiakan, begitu pula masa kecil buatku. Aku masih ingat saat masih kecil, setiap sore bapak mengajakku jalan-jalan menggunakan motor ke alun-alun Kapuas atau ketika duduk di bangku Taman Kanak-kanak, saat merayakan milad ke-5 dengan membawa kue ke sekolah. Hal menyenangkan lainnya yang masih ku ingat adalah saat SD, pulang ke kampung halaman orang tuaku di Baturetno dan menghabiskan liburan bersama mas-masku tercinta; bercanda, berkejaran, bermain petak umpet, jajan sate bareng om di pasar, mendapatkan hadiah-hadiah dari adik-adik ibu atau bapak-ku coz jarang banget bisa ketemu ponakan mereka, sampai ngeledek-in mbah yang (penampilannya terlihat aneh bagi kami saat itu) jualan gorengan di emperan toko yang tutup selepas maghrib.

Tapi tidak untuk pengamen cilik itu dan entah berapa banyak lagi anak-anak yang kurang beruntung di luar sana. Maka bersyukurlah, teman…. Atas cinta yang diberikan oleh kedua orang tua kita, meski ekspresi cinta itu kadang tak seperti yang kita harapkan. Bersyukurlah atas rizki yang Allah titipkan melalui orang tua kita sehingga meski tak hidup mewah tapi kita masih bisa tumbuh dengan normal dan di karuniakan hidayah olehNya. Bersyukurlah atas saudara-saudara yang menemani kita bermain dan bercanda meski terkadang mereka menyebalkan. Bersyukurlah dan teruslah bersyukur teman, atas apa yang telah engkau nikmati sejak kecil hingga sampai menjadi sebesar ini….. Wallahu’alam wastaghfirullah.
laut_biroe@perjalananBogor-Bandung,270506

Selengkapnya...

Hadiah dari Allah


Jam 07.00, seharusnya Titie dan Kak Fath udah ada di bandara saat ini karena pesawat yang akan membawa kami ke Jakarta untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Bandung akan take off 30 menit lagi. Hmm….akhirnya Titie muncul setengah tergesa; “Kak Fath ngisi dulu bentar di Hypermart, katanya sih barang-barangnya di bawa-in sama abang” katanya.

Waktu terus berputar, 07.20 tapi sosok yang dari tadi kami tunggu tak juga muncul. Akhirnya kuputuskan untuk check in duluan. Sampai waktu keberangkatan pesawat pun kakak-ku itu belum juga datang, dengan berat hati aku dan Titie menuju ke pesawat. Detik-detik terakhir pesawat akan take off, masih berharap teman kami muncul tapi ternyata kekhawatiran kami menjadi kenyataan; kak Fath ketinggalan pesawat. “Rabbi……masa’ ke Musyawarah Nasional PAHAM tanpa komandan sih, kita berdua kan anak baru…!!!”, begitulah kira-kira yang aku dan Titie rasakan.

Kurang lebih satu setengah jam kemudian kami tiba di Cengkareng, ponsel-nya Titie bunyi tandanya ada pesan yang masuk. “Kalian tunggu kakak di bandara ye, kakak naek pesawat yang jam 13.50”. Gubraaaakz deh….!! Kalo’ berangkat dari Pontianak jam 13.50, berarti sampe Jakarta jam 14.10-an, setengah hari nunggu di bandara. Yaah…tapi musti gimana lagi, inilah rekayasa Allah, nikmati aja…..

Abis sholat dhuha dan tilawah kami memutuskan untuk jalan-jalan sambil cari makanan coz bentar lagi waktu makan siang lagipula sejak tadi perut kami terasa keroncongan, atau dangdut-an ya.... laper euy…! Dari terminal C, kami mulai berjalan menyusuri bandara sambil melihat-lihat tempat makan yang menunya cukup terjangkau oleh kocek yang pas-pasan ini. Akhirnya pilihan jatuh pada rumah makan yang lebih sederhana ketimbang yang lain, pas liat daftar harganya mikir dua kali juga sih. Namun apa daya, perut tak mau diajak kompromi. Irama keroncong yang dialunkan makin keras, setelah diskusi sama Titie akhirnya kami putuskan untuk pesan satu porsi soto ayam dan dua piring nasi putih serta dua gelas teh es manis. Sambil ngikik kami mulai menikmati makan siang, cuex aja dengan “paket hemat” yang kami pesan.

Alhamdulillah….udah kenyang, adzan dzuhur sayup-sayup terdengar kami bersegera berkemas dan membayar makanan yang telah berpindah tempat ke perut kami. Lega rasanya setelah menemukan mushalla, selesai wudhu, aku mempersilahkan Titie untuk menjadi imam karena hafalan dan makhrajul hurufnya lebih baik dariku. Coz lagi dalam perjalanan, kami menjama’ sholat dan tepat di raka’at sholat ashar seseorang berdiri tepat disampingku, masbuk. Setelah ibu tadi menyelesaikan sholatnya, Titie menyapa ibu tadi: “maaf bu, tadi ibu ikut jama’ah sholat ashar”. Sang Ibu pun menyahut dengan ramah: “ga papa koq...”. Lalu ibu tadi mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan diri : “Yoyoh Yusroh”. Setengah ga percaya, kalo’ ibu yang ada di depan kami ini adalah ustadzah Yoyoh Yusroh, dai’I yang menjadi panutan untuk muslimah pada khususnya.

Kami pun berbincang sejenak, ternyata beliau akan berangkat ke Semarang, sedang ada MUSDA di sana dan beliau menjadi salah satu pengisi acara. Beliau pun berniat mengunjungi anak bungsunya yang sedang ga enak badan, beliau juga menjelaskan bahwa anak beliau kelas tiga dan mondok di pesantren, menghafal Qur’an udah 10 juz lanjutnya lagi. “Udah mau ujian dunk, bu…?” tanyaku sok akrab. “Belum….baru kelas tiga SD”. Aku dan Titie hanya bisa berkata “subhanallah lalu ber”oooo” panjang. Aku dan Titie pun bertukar cerita, termasuk tentang berlama-lamanya kami dibandara. Karena beliau tau kami sedang menunggu teman yang ketinggalan pesawat, akhirnya beliau memberikan bekal yang dibawa. Masing-masing dari kami mendapat sebuah roti, kak Fath yang ketinggalan pesawat juga dapet titipan kue plus sekaleng susu coklat dingin. Waah…semua bekal-nya Ustadzah Yoyoh habis dikasi ke kami…!! Setelah berbincang, beliau pamit coz pesawat yang akan menghantarkan beliau ke Semarang akan berangkat. Setengah ga percaya juga rasanya, kulihat wajah Titie juga ga kalah kagetnya. Hilang sudah rasanya lelah menunggu sejak pagi. Terbang rasanya jenuh yang sedari tadi menghampiri. Kita berdua, aku dan Titie merasa surprise buangeet..!! Yup, inilah hadiah Allah untuk kami. Subhanallah….rekayasa Allah terasa begitu indah. Waktu yang tersisa untuk menunggu akhirnya kami habiskan dengan istirahat di mushalla sambil membahas “hadiah” yang telah Allah berikan kepada kami.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. Sering kali kita tidak mensyukuri apa-apa yang telah Allah berikan untuk kita karena kita tidak mengetahui rekayasa yang telah Allah ciptakan dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Jika kita selalu mensyukuri nikmat Allah, dalam kondisi apapun maka niscaya tak ada keluh kesah yang keluar dari lisan ini.

Rabb…jadikan kami dalam golongan orang-orang yang selalu mensyukuri segala sesuatu yang Engkau berikan, apapun itu….. Dan jangan jadikan kami hamba-hamba yang kufur atas nikmat yang telah Engkau berikan, padahal jika hendak menghitung tentu tak sanggup diri ini menghitungnya…..
laut_biroe@190506

Selengkapnya...